Rapat Anggota dan Problem Solving

Dalam perjalanan organisasi tentunya akan bertemu dengan segelumit permasalahan-permasalahan (Problems). Permasalahan yang biasanya terjadi bisa berupa terkait dengan masalah aturan, keanggotaan, keuangan yang semuanya terlingkup dalam sebuah masalah manajemen organisasi itu sendiri.

Tidak ada organisasi yang tidak pernah menghadapi masalah. Setiap organisasi apapun pernah menghadapi masalah, cuman masalah yang dihadapi tentunya tidak selalu sama dan tingkat besar-kecilnya masalah pun juga tidak selalu sama. Kedudukan organisasi adalah mencapai tujuannya dengan menghadapi segala masalah yang dilewati oleh organisasi tersebut. Baik-buruknya organisasi tidak dinilai dari besarnya atau tingginya hasil yang dicapai, akan tetapi sebaik apa cara pencapaian tujuan organisasi tersebut dalam menghadapi masalah-masalah (problem solving) yang timbul.

Salah satu alternatif terbaik untuk menyelesaikan masalah organisasi dan menemukan pemecahan masalah (problem solving) adalah rapat. Rapat merupakan wahana untuk membahas dan menganalisis permasalah dan tentu diharapkan rapat yang dimaksud bersifat demokrasi, memberi kesempatan kepada setiap anggota untuk saling bertukar pikiran satu sama lain demi menemukan pemecahan dan antisipasi masalah.

Sebagian anggota organisasi kadang kala tidak menyukai rapat, karena ada yang berpendapat rapat membosankan, sakit kepala karena berpikir, duduk terlalu lama dan banyak lagi kendala ketidak-sukaan anggota dalam penyelenggaraan rapat. Walaupun demikian hal tersebut ada benarnya dalam kenyataan sehari-hari, akan tetapi pada hakikatnya rapat merupakan hal yang menyenangkan di dalam organisasi. Karena dari sebuah rapat kita bisa banyak belajar dari kawan-kawan sesama anggota, saling bertukar informasi dan analisis masalah, berbagi beban organisasi, pencurahan pemikiran yang positif.

Dari sekian banyak rapat yang diadakan di dalam organisasi, ada beberapa tantangan pada penyelnggaraan rapat :

1. Kurangnya Kehadiran Peserta Rapat.

Mungkin kita pernah atau sering mengkuti rapat atau pertemuan yang diikuti pesertanya kurang dari seharusnya. Hal ini kadang kala dianggap wajar bahkan terjadi berulang-ulang. Kurangnya kehadiran tentu juga mengurangi kesempatan untuk membuka wawasan dan sumber pendapat dari banyaknya orang dalam kebutuhan rapat tersebut.

Hal lain lagi yang bisa terjadi ketika jumlah seharusnya peserta rapat tidak mencukupi adalah menunggu keputusan terkait beberapa orang yang tidak berhadir. Sehingga keputusan di-pending. Jika hal ini terulang terus maka bisa merugikan peserta rapat lainnya. Untuk mengatasi hal ini perlu dianalisis hal apa saja atau mengapa peserta rapat tidak bisa berhadir.

Ada beberapa kemungkinan ketidak hadiran peserta dalam rapat seperti jadwal rapat bertabrakan dengan rutinitas anggota, kesibukan mendadak, atau permasalahan lain (pribadi) yang menyebabkan kurang semangatnya untuk mengikuti rapat.

Jika posisi kita sebagai koordinator atau ketua penyelenggaraan dalam rapat tersebut, perlu dicari tahu alasan atau sebab kenapa dia/mereka tidak bisa berhadir. Apabila ketidak hadiran anggota selalu terulang, maka perlu dicari tahu kendala ketidakhadirannya agar tidak begitu beradampak bagi yang lain (termasuk organisasi).

2. Rapat Menjadi Membosankan

Terkait dengan permasalahan rapat sebelumnya, bisa saja alasan tidak hadirnya peserta dalam rapat karena rapat-rapat yang biasa diselenggarakan membosankan. Bosan berarti apa yang dibahas berpanjang lebar, kondisi ruangan yang gerah atau panas, terlalu ribut dalam pembahasan masalah, terlalu banyak bercanda dan tidak fokus pada pembahasan isi rapat.

Untuk menghindari keadaan rapat menjadi membosankan, perlu dianggendakan untuk pembahasan apa saja dan seberapa durasi rapat. Rapat yang terlalu lama tanpa ada break/istirahat akan menjadikan peserta merasa bosan. Jika waktu yang dijadwalkan untuk rapat terlalu lama, lebih baiknya diberi kelonggaran adanya istirahat beberapa menit atau sebanyak waktu yang diperlukan. Selain itu pula pembahasan harusnya tidak jauh melenceng dari agenda rapat yang telah ditentukan karena ketika anggota rapat sudah mendapatkan pemberitahuan bentuk lisan atau tulisan mengenai waktu dan agenda rapat, mereka sedikit banyak akan berpikir tentang apa yang akan dibahas pada waktu rapat nantinya. Jika pembahasan berbeda dengan agenda rapat akan menjadikan peserta rapat tidak siap untuk membahas.

Sebagai pemimpin atau pengarah dalam rapat hendaknya selalu memberikan kesempatan kepada setiap peserta rapat agar bisa mengeluarkan pendapat, masukkan atau tanggapan terhadap isi rapat itu sendiri. Cara ini akan membantu mengatasi dan mengurangi kebosanan dalam proses rapat, karena peserta rapat mencoba mengeluarkan onek-onek atau pemikiran yang terkurung dalam kepala nya ketika pembahasan berlangsung.

Berilah kesempatan kepada yang belum atau jarang mengeluarkan pendapat. Mungkin saja mereka memiliki ide atau masukan yang sangat berharga dalam pembahasan. Dan batasi kepada peserta yang terlalu sering mengeluarkan pendapat. Peserta yang terlalu sering mengeluarkan pendapat akan merusak sirkulasi pertukaran pendapat. Hal tersebut dikarenakan arah pembicaraan terfokus lebih banyak kepada / dari satu orang saja. Lebih bagus jika setiap orang memberikan pemikirannya guna mencari penyelesaian atau keputusan yang diinginkan bersama.

3. Pembicaraan Hanya Satu atau Dua Arah Saja.

Pembicaraan hanya datang dari satu orang kepada pemimpin rapat atau sebaliknya. Kondisi seperti ini bisa menjadikan sebuah rapat menjadi membosankan. Karena peserta yang lainnya seakan-akan hanya menjadi pendengar setia dan tidak memiliki pendapat sama sekali. Saya berkeyakinan bahwa setiap anggota rapat itu memiliki pendapat yang unik, menarik, berbeda satu sama lain (terlepas dari salah dan benar) yang sama berharganya untuk mencapai keputusan rapat.

Perlu kita hindari peserta rapat memonopoli pendapat atau pembicaraan bahkan termasuk pemimpin rapat itu sendiri. Pemimpin rapat cukup membuat wacana, mengarahkan, memberi kesempatan dan berpendapat seperlunya.

Untuk menyelenggarakan rapat yang menyenangkan, perlu dilakukan hal-hal seperti di bawah ini :
  1. Buatlah agenda rapat (isi, waktu dan pencapaian minimum rapat) dan tawarkan kepada minimalnya separu dari peserta rapat yang akan diundang, apakah waktu dan isi rapat cocok untuk dibahas nantinya.
  2. Undanglah peserta rapat sesuai dengan anggota rapat itu sendiri. Jika rapat merupakan rapat Dewan Pengurus Inti, cukup diundang yang intinya saja. Jika rapat anggota aktif, maka yang diundang anggota aktif.
  3. Siapkan ruangan atau tempat rapat yang kondosif (tidak terlalu ribut, tidak pengap dan sesuai dengan kapasitas peserta).
  4. Ketika waktu rapat sudah jatuh temponya dan peserta rapat cukup, mulailah rapat. Hindari menunggu terlalu lama anggota rapat yang belum hadir atau kemungkinan terlambat datang. Hal ini untuk menghindari kebosanan menunggu oleh peserta rapat yang sudah berhadir di tempat.
  5. Tentukan pengarah rapat (biasanya boleh sekretaris ataupun ketua bersangkutan). Untuk memulai,mengarahkan dan menutup rapat nantinya.
  6. Ajaklah peserta rapat untuk mentaati aturan umum rapat guna bisa saling menghargai pendapat satu dengan yang lainnya. Berilah teguran atau masukkan kepada peserta rapat yang memecah konsntrasi rapat atau lebih bagusnya lagi bila pemimpin rapat bisa menarik perhatian untuk mengembalikan fokus rapat.
  7. Apabila memerlukan media pendukung seperti alat proyeksi atau media lain hendaknya dipersiapkan lebih dahulu.
  8. Tentukan salah seorang untuk membantu mencatat pendapat-pendapat dan keputusan yang diambil ketika rapat. Hal ini membantu agar pada rapat selanjutnya lebih mudah mengingat kembali dan tidak terlalu lama untuk dibahas ulang.
  9. Jangan lupa sediakan pemanis seperti minuman dan makanan ringan agar suasana rapat lebih menyenangkan.
  10. Jika pembahasan masih berlangsung sedangkan waktu sudah cukup lama, cobalah ditawarkan kembali kepada forum rapat apakah ingin tetap dilanjutkan atau disambung kembali di waktu berikutnya.


Read More

Mengenal Peta

Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani (mappa) yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu.


Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.

Unsur - Unsur ( Komponen ) Peta

Peta merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan. Berdasarkan fungsi tersebut maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan berbagai macam komponen/unsur kelengkapan yan bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan peta. Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan pada peta misalnya adalah:

1. Judul

Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin diletakkan di kanan atas.

2. Legenda

Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci untuk memahami peta.

3. Orientasi/tanda arah

Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta. Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat sebagai petunjuk arah.

4. Skala

Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda. Skala dibagi menjadi 3, yaitu:
  • Skala angka. Misalnya 1 : 2.500.000. artinya setiap 1 cm jarak dalam peta sama dengan 25 km satuan jarak sebenarnya.
  • Skala garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta.
  • Skala verbal, yakni skala yang ditulis dengan kata-kata.

5. Simbol

Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada di permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, jenis-jenis simbol peta antara lain:
  • Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional
  • Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan jarak
  • Simbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol yang mencakup area tertentu
  • Simbol aliran, digunakan untuk menyatakan alur atau gerak.
  • Simbol batang, digunakan untuk menyatakan suatu harga/dibandingkan dengan harga/nilai lainnya.
  • Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam bentuk prosentase.
  • Simbol bola, digunakan untuk menyatakan volume, makin besar simbol bola menunjukkan volume semakin besar dan sebaliknya makin kecil simbol bola berarti volume semakin kecil.

6. Warna Peta

Warna peta digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan untuk keperluan estetika peta. Warna simbol dalam peta terdiri dari 8 warna, yaitu:

a. Warna hijau

Warna hijau menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 200 m. Biasanya bentuk muka bumi yang terdapat pada ketinggian < 200 m didominasi olah dataran rendah. Dataran rendah di Jawa terdapat di sepanjang pantai utara dan pantai selatan. Warna Merah Warna Merah Menunjukan Jalan Kreta Api / Gunung Aktif

b. Warna Merah

Warna Merah Sering Di Jumpai di Peta Suatu Provinsi.

c. Warna hijau muda 

Warna hijau muda menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara 200-400 m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di daerah ini berupa daerah yang landai dengan disertai bentuk-bentuk muka bumi bergelombang dan bukit. Penyebaran bentuk muka ini hampir menyeluruh di atas dataran rendah

d. Warna kuning

Warna kuning menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara 500-1000 m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di daerah ini didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan dan pegunungan rendah.

e. Warna Coklat Muda

Warna cokelat muda. Warna cokelat muda menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian antara 1000-1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi yang dominan di daerah ini berupa pegunungan sedang disertai gunung-gunung yang rendah.

f. Warna Coklat

Warna cokelat. Warna cokelat menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi di daerah ini didominasi oleh gunung-gunung yang relatif tinggi.

g. Warna Biru Keputihan

Warna biru keputihan. Warna biru menunjukkan warna kenampakan perairan. Warna biru keputihan menunjukkan wilayah perairan yang kedalamannya kurang dari 200 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh bentuk lereng yang relatif landai. Zona di wilayah ini disebut dengan zona neritik. Penyebaran dari zona ini ada di sekitar pantai. Di wilayah perairan darat warna ini menunjukkan danau atau rawa.

h. Warna Biru Muda

Warna biru muda. Warna biru muda menunjukkan wilayah perairan laut yang mempunyai kedalaman antara 200-2000 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh bentukan lereng yang relatif terjal. Wilayah ini merupakan kelanjutan dari zona neritik. Namun wilayah ini tidak tergambar dalam peta umum.

i. Warna Biru Tua

Warna biru tua. Warna biru tua menunjukkan wilayah perairan laut dengan kedalaman lebih dari 2000 m. Bentuk muka bumi dasar laut di sekitar Pulau Bali pada kedalaman > 2000 m sulit untuk diketahui dan tidak bisa diinterprestasikan dari peta. Namun biasanya bentuk muka bumi pada laut dalam dapat berupa dataran, lubuk laut, drempel dan palung laut. Bentuk muka bumi seperti ini juga tidak tergambar dalam peta umum.

7. Tipe Huruf (Lettering)

Lettering berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Macam penggunaan letering:
  • Obyek Hipsografi ditulis dengan huruf tegak, contoh: Surakarta
  • Obyek Hidrografi ditulis dengan huruf miring, contoh: Laut Jawa

8. Garis Astronomis

Garis astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara berlawanan arah satu sama lain sehingga membentuk vektor yang menunjukan letak astronomis.

9. Inset

Inset adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama. Macam-macam inset antara lain:
  • Inset penunjuk lokasi, berfungsi menunjukkan letak daerah yang belum dikenali
  • Inset penjelas, berfungsi untuk memperbesar daerah yang dianggap penting
  • Inset penyambung, berfungsi untuk menyambung daerah yang terpotong di peta utama

10. Garis Tepi Peta

Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk meletakkan garis astronomis, secara beraturan dan benar pada peta.

11. Sumber dan Tahun Pembuatan

Sumber peta adalah referensi dari mana data peta diperoleh.

12. Garis Lintang dan Garis Bujur

Garis lintang adalah garis yang melintang dari arah barat - timur atau dari arah timur - barat Garis bujur adalah garis yang membujur dari arah utara - selatan atau selatan - utara.

Jenis

Peta dikelompokan menjadi 5 bagian, yaitu:

1. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan

a. Peta Umum

Peta umum, yakni peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik fenomena alam atau budaya. Peta umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
  1. Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
  2. Peta korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta korografi adalah atlas.
  3. Peta dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

b. Peta Khusus

Peta khusus (peta tematik), yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/khusus. Misalnya, peta politik, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.

2. Peta Berdasarkan Sumber nya (Data)

  1. Peta turunan (Derived Map), yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.
  2. Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.

3. Peta berdasarkan bentuk/Simetrisnya

  1. Peta datar atau peta dua dimensi, atau peta biasa, atau peta planimetri yaitu peta yang berbentuk datar dan pembuatannya pada bidang datar seperti kain. Peta ini digambarkan menggunakan perbedaan warna atau simbol dan lainnya.
  2. Peta timbul atau peta tiga dimensi atau peta stereometri, yaitu peta yang dibuat hampir sama dan bahkan sama dengan keadaan sebenarnya di muka bumi. Pembuatan peta timbul dengan menggunakan bayangan 3 dimensi sehingga bentuk–bentuk muka bumi tampak seperti aslinya.
  3. Peta digital, merupakan peta hasil pengolahan data digital yang tersimpan dalam komputer. Peta ini dapat disimpan dalam disket atau CD-ROM. Contoh: citra satelit, foto udara.
  4. Peta garis, yaitu peta yang menyajikan data alam dan kenampakan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.
  5. Peta foto, yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang dilengkapi dengan garis kontur, nama, dan legenda.

4. Peta berdasarkan tingkat Skalanya/Kedetailannya

  1. Peta Kadaster (peta berskala sangat besar) adalah peta yang berskala 1: 100 - 1:5000
  2. Peta Skala Besar adalah Peta yang berskala 1:5000 - 1:250.000
  3. Peta Skala Sedang adalah peta yang berskala 1:250.000 - 1:500.000
  4. Peta Skala Kecil adalah peta yang berskala 1:500.000 - 1:1.000.000
  5. Peta Geografis adalah peta berskala >1:1.000.000

Referensi dan Sumber :

  1. Wiki Indonesia
Read More